BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejak dulu setiap orang yang sakit akan
berusaha mencari obatnya, maupun cara pengobatannya. Dalam pengobatan suatu
penyakit tidak selalu menggunakan obat, misalnya dipijat, dikerok dengan
menggunakan mata uang logam, dioperasi, dipotong dan sebagainya. Tetapi
sebagian besar menggunakan obat. Dulu
ilmu obat-obatan dan ilmu pengobatan masih dipegang oleh seorang dan
dipraktekkan oleh orang-orang yang dianggap dekat dan ada hubungannya dengan
dewa dan makhluk halus.
Dalam praktik tidak berdasarkan
pengetahuan tentang anatomi, faal , patologi, farmakologi, farmasi. Ilmu
pengobatan masih dijalankan secara spekulatif dan dipegaruhi oleh tahayul dan
perdukunan (okultisme). Pemisahan antara ilmu pengobatan dan ilmu oblaat-obatan
atau dengan kata lain ilmu kedokteran
dan ilmu farmasi mulai nyata terjadi pada pertengahan abad ke-9. Bahan obat
telah beraneka rupa dan makin bertambah banyak serta makin sulit pengolahannya atau penyadiaannya
dan makin menyesatkan, hingga membutuhkan seorang ahli meracik obat. Macam
penyakit yang ditemukan mulai banyak serta memerlukan ketekunan dalam upaya
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, hingga memerlukan tenaga ahli pengobatan
yang khusus menanganinya. Oleh karena itu, dirasa sangat perlu memisahkan ilmu
obat-obatan (farmasi) dari ilmu pengobatan (kedokteran). (Anief,Moh.1995:01)
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
saja jenis-jenis obat dalam praktik kebidanan?
2. Apa
saja golongan obat dalam praktik kebidanan?
3. Apa
faktor yang mempengaruhi khasiat obat?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis obat
dalam praktik kebidanan.
2. Untuk mengetahui golongan obat dalam praktik
kebidanan.
3. Untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi khasiat obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jenis-jenis
Obat
Obat
dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil yang ketika masuk kedalam tubuh,
akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai interaksi ditingkat molekuler.
(Jordan,Sue.2003:02)
Jenis-jenis
obat berikut ini:
a. Antibiotik
Obat
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan zat atau dapat membunuh mikroorganisme
lain. Menurut daya membunuh bakteri antibiotik dibagi dalam:
1. Antibiotik
spektrum ciut (narrow spectrum)
2. Antibiotik
spektrum luas (broad spectrum)
3. Antibiotik
spektrum sebagian atau khusus (part spectrum)
Mekanisme
aktivitas obat ini dengan melakukan penghambatan sintesis materi-materi penting
dari bakteri, yaitu:
1. terhadap
dinding sel bakteri:
Sintesis terganggu,
hingga dinding kurang sempurna dan tak tahan terhadap tekanan osmose plasma,
akibatnya dinding sel pecah.
(Penicillin,
Cefalosporin)
2. terhadap
membran sel:
(Nystatin, Amfoterisin B)
3. protein
sel.
(Chloramphenicol,
Tetracyclin, Lincocin, gol. Aminoglikosida dan Makrolida)
4. asam-asam
inti yaitu RNA.
(Rifampisin dan
Mytomicin)
Resistensi terhadap
obat antibiotik, ialah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya menjadi
kebal terhadap obat.
Dikenal beberapa jenis resistensi, yaitu:
1. resistensi
bawaan (primer), jadi secara ilmiah.
2. resistensi
yang diperoleh (sekunder), disebabkan kontak kuman dengan obat antibiotik.
Disini timbul mutan
yang memperbanyak diri dan menjadi jenis baru yang resisten. Terjadinya mutan
adakalanya cepat, disebut resistensi setingkat (Streptomisin,
Rifampisin) dan dapat pula berlangsung perlahan disebut resistensi banyak
tingkat (Penisilin, Eritromisin dan Tetrasiklin).
Dengan cara adaptasi,
kuman menyesuaikan metabolisme untuk melawan efek obat yaitu dengan mengubah
pola enzimnya.
3. resistensi
episomal, tipe resistensi ini pembawa faktor genetika berada
diluar chromosom (rangkaian pendukung sifat genetika).
Episom = plasmid adalah
faktor resistensi, terdiri DNA (desoxynucleic acid) yang ditulari bakteri lain.
4. resistensi
silang, ialah kejadian dimana bakteri resisten terhadap
suatu antibiotika dan semua derivatnya. Contoh: penisilin dengan Ampisilin,
Amoksilin dsb.
1) Benzathini
Benzylpenicillinum(1)
2) Calcii
Phenoxymethylpenicillinum(2)
3) Erythromycinum
4) Kali
Benzylpenicillinum(1)
5) Procain
Benzylpenicillinum(1)
6) Kalii
Penicillinum (sedikit ciut)
7) Ampicillinum
(sedikit ciut)
8) Carbenicillinum
(sedikit ciut)
9) Hetacillinum
(sedikit ciut)
10) Cloxacillinum
(sedikit ciut)
11) Dicloxacillinum
(sedikit ciut)
12) Chlortetracyclini
Hydrochloridum(2)
13) Demethylhlortetracyclini
HCI(2)
14) Minocyclinum(2)
15) Oxytetracyclini Hydrochloridum(2)
16) Tetracyclini
Hydrochloridum(2)
17) Doxyclinum(2)
18) Bacitracinum(3)
19) Dihydrostreptomycini
Sulfas(3)
20) Gentamycini
Sulfas(3)
21) Kanamycini
Sulfas(3)
22) Neomycini
Sulfas(3)
23) Novobiocini
Sulfas(3)
24) Polymixini
B Sulfas(3)
25) Streptomycini
Sulfas(3)
26) Vancomycini
Hydrochloridum(3)
27) Viomycini
Sulfas(3)
a. Antasid
Obat yang menaikkan pH dari cairan lambung, atau disebut pula
zat pengikat asam, untuk mengikat asam lambung yang berlebihan seperti pada peptic
uler (borok pada lambung atau usus).
Antasid digolongkan dalam:
1. Sistemik
antasid atau antasid terserap.
2. Nonsistemik
antasid atau antasid tak terserap.
Efek antasid adalah
temporer dan apabila terputus efeknya akan hilang. Tujuan terapi adalah
mencapai pH dari isi lambung menjadi 4-5.
Sistemik
antasid mudah larut dan cepat diabsorpsi dan dapat menimbulkan gangguan sistemik
elektrolitdan memberi tanda terjadinya alkalosis. Maka itu penggunaan dalam
jangka lama dan intensif digunakan non sistemik antasid.
Penggunaan
Calsium Carbonas atau Aluminii Hidroksida menyebabkan obstipasi sedangkan
penggunaan senyawa Mg menimbulkan laksan.
1) Alumunii
Hydroxydum colloidale
1) Bismuthi
Subcarbonas
2) Calcii
Carbonas
3) Magnesii
Carbonas
4) Magnesii
Oxydum
5) Magnesii
Stearas
6) Magnesii
Trisilicas
7) Natrii
Subcarbonas
a. Antihipertensi
Obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi.
Dalam keadaan sehat,
aktivitas fisik maupun emosi dapat mengubah tekanan darah sewaktu-waktu. Dengan
hipertensi dimaksudkan tekanan darah dalam keadaan sehat melebihi normal, dan
ada variasi yang amat besar.
Umumnya
diambil sebagai batas normal pada orang dewasa 140 mm Hg sistolik dan kurang
dari 100 mm Hg diastolik. Normal tensi 120/80 mm Hg. Hipertensi ringan sampai
sedang 160/90 dan 180/105 mm Hg, dan sampai hipertensi yang lebih berat atau
ganas adalah diatas 180/105 mm Hg.
Regulasi
tekanan darah, adalah suatu sistem yang mengatur
tingginya tekanan yaitu Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, disingkat RAAS.
Bila tekanan darah digromeruli menurun, sel ginjal membentuk Renin dan dilepas.
Dalam plasma renin bergabung dengan zat protein tertentu menjadi Angiotensin I
dan oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) diubah menjadi Angiotensin II yang aktif. Angiotensin II
berefek vasokonstriktif kuat dan menstimulasi sekresi hormon Aldosteron dan
bersifat retensi garam dan air mengakibatkan tekanan darah naik dan volume darah
meningkat.
1. Menghambat
enzim ACE (Captopril, Enapapril)
2. Menghambat
reseptor-Angiotensin II (Saralasin)
3. Menghambat
efek Aldosteron (Spironolacton)
4. Mempengaruhi
sekresi Renin (β –blokkers, diuretika, vasodilatansia)
Hipertensi
yang tidak diketahui sebabnya disebut hipertensi esensiil.
Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan hipertensi:
1) Perubahan
dalam pusat pengatur di otak yang berhubungan dengan emosi, ketegangan pikiran
atau kesibukan dalam pekerjaan.
2) Volume
pukulan jantung (cardiac output)
3) Kekenyalan
dinding arteri
4) Terlepasnya
neurohormon-neurohormon, antara lain Adrenalin dan Noradrenalin yang berkhasiat
menciutkan pembuluh darah perifer hingga tekanan darah naik. Hal ini terjadi
waktu gelisah, takut dan sebagainya.
5) Perubahan
aktifitas susunan saraf simpatik mulai dari hipotalamus sampai ujung saraf
adrenergik.
6) Perubahan
tonus susunan saraf parasimpatik
7) Respon
jantung dan pembuluh darah terhadap refleks yang berasal dari baroreseptor
dalam aorta dan glomens karotikus, penurunan kepekaan pada baroreseptor ini
menyebabkan tekanan darah tetap tinggi.
8) Perubahan
viskositas darah
9) Perubahan
sekresi hormon tyroid, hipofisis dan adrenalin. Hiper sekresi dapat menimbulkan
hipertensi.
10) Perubahan
sekresi renin dari ginjal.
b. Antihipotensi
Obat yang digunakan
untuk menaikkan tekanan darah rendah
1. Pholedrini
Sulfas
2. Oktopamina
–HCL
c. Adstringen
Obat yang menciutkan
selaput lendir, misalnya:
1. Pada
selaput lendir diusus, sebagai obat diarrhae.
2. Pada
kulit sebagai penyembuh borok (luka).
1) Aluminii
et kali sulfas
2) Bismithii
subcarbonas (pada saluran pencernaan)
3) Myrrhaa
4) Plumbi
acetas
5) Tanninum
6) Zinci
sulfas
7) Tanalbinn
d. Analgetik-Antipiretik
Analgetik:
obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik
: obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi
Analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala
fungsinya memberi tanda adanya gangguan ditubuh seperti, infeksi kuman atau
keang otot. Zat ini merangsang, reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf
bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain.
Sebagai mediator nyeri
adalah :
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin
(antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
e. Anti-flatulen
Obat yang digunakan untuk menghilangkan
rasa gembung perut Flatulen atau meteorisma adalah pengumpulan gas didalam
lambung atau usus.
Gas
didalam usus berasal dari :
1. Udara
yang tertelan (aerophagia)
2. Gas
yang dihasilkan dalam proses pencernaan yaitu fermentasi sisa-sisa makanan
3. Difusi
gas dari darah, terutama CO2 kedalam usus pada gangguan sirkulasi.
Pengumpulan gas dapat menimbulkan
keluhan-keluhan kembung perut, nyeri perut, mules, neg.
Gas didalam perut dapat dibuang dengan
cara berdahak (belching) sedang didalam usus dibuang melalui kentut.
Aerophagia
sering
terjadi pada bayi, yaitu menyedot botol susu yang kosong, menyusu ibu yang
tidak keluar asinya.
Makanan kacang-kacangan, kol, lobak
menyebabkan pembentukan gas dalam perut.
a. Antihipertiroid
Obat yang digunakan untuk menekan
produksi hormon tiroid pada hiperfungsi kelenjar tiroid (hyperthyroidisme).
Hiperfungsi tiroid menyebabkan penyakit
Basedow (goitre),gejalanya antara lain adanya struma (gondok) pada leher dan
bola mata menonjol keluar.
1. Propylthiouracilum
2. Metylthiouracilum
3. Carbamizolum
4. Thiamazolum
b. Antihipotiroid
Obat
yang dipergunakan untuk terapi substitusi dari hipofungsi tiroid, gejalanya
ialah mata berbentuk kecil, muka bengkak dan pucat.
1. Thyroidum
2. Nartii
Levothyroxinum
c. Antimuntah
(antivomiting)
Obat
yang digunakan untuk mengurangi/mencegah muntah.
Muntah ini terjadi pada
wanita sedang hamil (hyperemesis gravidarum) atau mabuk dalam perjalanan
(motionsickmess).
1. Diphenhydramini
theoclas
2. Methochlorpropamidum
3. Promethazini
theoclas
4. Prochalorperazinum
5. Perphenazinum
6. Thiethylperazinum
d. Oksitosid
Obat yang digunakan untuk merangsang otot polos uterus dan
kelenjar susu (mammae). Fungsi khasiatnya adalah kontraksi uterus dan stimulasi
mulainya laktasi.
Penggunaan
dalam obstetrika (ilmu kebidanan):
1. Menstimulir
mulai his, bila ada kelemahan his.
2. Setelah
bersalin, mencegah perdarahan yang banyak.
a) Ergometrini
Maleas
b) Ergotamini
Tatras
c) Secale
Cornutum dan sediaannya.
d) Oeksytocinum
e. Antirheumatik (Anti inflamatory analgesic)
Obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit rheumatik. Rematik merupakan gabungan
macam-macam penyakit yang semua ditandai rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan
fungsi alat penggerak terganggu yaitu persendian dan sewaktu-waktu otot
rheumatik sendi disebut jicht.
Yang sering ialah :
1. Artrosis,
biasannya tanpa radang
2. Artritis
rematoid, dengan radang
3. Artritis
urica, disebut ecok
4. Spondilitis
ankylopoetica, terjadi radang tulang punggung
Yang jarang terjadi ialah :
1. Artitris
septik, rema akut, karena persendian terinfeksi oleh bakteri.
2. Rema
bagian empuk, meliputi tulang rawan.
Artrosis deformans adalah cacat
persendian yang disebut pula osteo artrosis atau osteo artritis merupakan
degenerasi tulang rawan dengan pembentukan tulang baru disertai peradangan
ringan. Rema bagian empuk juga termasuk penyakit degeneratif. Artritis
reumatoid, disebut rematik atau rema, dan merupakan penyakit persendian yang
menahun. Persendian jari-jari, pergelangan tangan dan kaki yang terserang
penyakit ini sukar digerakan pada pagi hari.
Obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit rheumatik ialah :
1.
Acidum flufenamicum.
2.
Acidum metiazinicum.
3.
Acidum nifkumicum.
4.
Allupurinol.
5.
Apazonum.
6.
Benzydemini hydrochloridum.
7.
Buculonum.
8.
Colchininum.
9.
Cortisoni acetas.
10. Dexamethasonum.
11. Dhiclophenoc.
12. Hydrocortisonum.
13. Hydrocortisoni
acetas.
14. Ibuprofenum.
15. Indomethacinum.
16. Keto-phenylbutazonum.
17. Phenylbutazonum.
18. Pinoxicom.
19. Prednisolonum.
20. Prednisonum.
21. Predsol.
22. Probenecid.
23. Oxyphenbutazonum.
24. Triyamci
f.
Antiseptik
Obat yang digunakan untuk meniadakan
atau mencegah keadaan septis. Obat ini dapat bersifat bakterisid (membunuh
kuman) atau bakteriostatik mencegah pertumbuhan bakteri. Arti septis ialah
busuk. Jadi obat yang mencegah luka menjadi busuk. Zat yang mencegah rusaknya
atau busuknya bahan makan atau sediaan farmasi disebut conservans (zat pengawet
, preservative agent).
1.
Acidum benzoicum.
2.
Acidum boricum.
3.
Acidum lacticum.
4.
Aethacidini lactas.
5.
Argenti nitras.
1.
Argenti proteinicum.
2.
Benzyl alcoholum.
3.
Bismuthi subgallas.
4.
Calaminum.
5.
Creolinum.
6.
Creosotum.
7.
Cresolum.
8.
Cresoli solutio saponatum.
9.
Formaldehydi solutio.
10. Hexachlorophenum.
11. Hydrargyri
aminochloridum.
12. Hydrargyri
bichloridum.
13. Hydrargyri
peroxydum.
14. Ichthamolum.
15. Iodum.
16. Merbrominum.
17. Natrii
tetraboras.
18. Nitrofurantoinum
(untuk saluran kemih)
19. Oleum
cadinum.
20. Pix
liquida.
21. Phenolum.
22. Phenolum
liquifactum.
Sebagai
antiseptik dapat pula digunakan antibiotik dan anti bakteri.
a. Antitusif
Obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit batuk.
Obat
batuk dibagi dalam dua golongan besar ialah :
1. Ekspektoransia
Mempertinggi sekresi
dari saluran pernafasan dan atau mencairkan liak sehingga mudah digunakan.
Ekspektoransia
dibagi dalam dua kelompok :
a)
Zat-zat pencair liak (bronchial
secretolyk) = mukolitik.
b)
Zat-zat pengeluar liak (broncial
secremotoric).
1)
Ammonii chloridum (A.I)
2)
Bronhexini hydrochlorodium (A.I)
3)
Glyceliris guaiacolas (A.I)
4)
Ipecacuanhae (A.I)
5)
Kalii Sulfoguaiacolas (A.I)
6)
Kalii iodidum.(A.I)
7)
Serphyli herba (A.I)
8)
Creosotum (A.I)
9)
Lobeliae herba (A.2)
10) Comphora
(A.2)
11) Ephedrini
hydrochloridum (A.2)
12) Liquiritiae
succus/radix (A.2)
13) Cardiazolum
(A.2)
b. Zat-zat
pereda batuk
Zat-zat ini mengerem
rangsang batuk, dan titik tangapnya dapat sentral, dapat perifer.
Zat pereda batuk
sentral (zat pengerem rangsang batuk).
1)
Codeinum dan garamnya (narkotik).
2)
Aethylmorphini hydrochloridum
(narkotik).
3)
Opii pulvis compositus (narkotik).
4)
Dihydrocodeinonum (decodid,narkotik)
5)
Clobutinolum
6)
Clofedanolum.
7)
Dextromethorphani hydrobromidum.
8)
Noscapinum.
9)
Normethadonum.
10) Oxolamini
citras.
11) Pentoxyverinum.
Zat
pereda batuk perifer.
1)
Benzonatatum.
2)
Natrii dibunas.
c.
Hematinik
Obat yang digunakan untuk menstimulasi
atau memperbaiki proses pembentukan sel-sel darah merah. Disebut pula sebagai
pembentuk darah.
Anemia,
ialah penyakit kurang darah, yaitu keadaan dimana kuantitas darah tidak normal.
Anemia disebabkan oleh :
1. Perdarahan
yang banyak.
2. Pemusnahan
abnormal dari sel darah merah.
3. Pembentukan
hemoglobin dan sel darah merah yang tidak mencukupi disebabkan beberapa faktor
ensensil dalam makanan.
Anemia ada beberapa
jenis :
1. Anemia
hypochroom atau ferriprive disebabkan kekurangan besi, disebut pula anemia
primer.
2. Anemia
hyperchrom, atau megaloblaster yang disebaba oleh defisiensi vit B12 atau asam
folat disebut pula anemia sekunder.
1. Acid
folicum (b. sekunder)
2. Cyanocobalamin=
vit B12 (b.sekunder)
3. Ferrosi
fumarat (a.primer)
4. Ferrosi
lactas (a.primer)
5. Ferrosi
sulfas (a.primer)
6. Ferrosi
chloridum, ex temporair(a.primer)
7. Ferrrosi
lodidum, ex temporair (a.primer)
8. Ferrosi
carbonas, ex temporair (a.primer)
d. Kontraseptik oral
Adalah
obat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Sering disebut pil anti hamil.
Cara
bekerjanya ialah:
1.
Perintang ovulasi, yaitu merintangi
pelepasan telur dari ovarium ke uterus, dengan demikian tidak terjadi
pembuahan.
2.
Pengentalan lendir cervic, cervic tertutup oleh sumbat lendiryang kental dan liat,
hingga sperma tidak dapat masuk rahim.
3.
Endometrium, hanya berkembang sedikit
dan terjadi sedikit berpoliferasi, tidak mengalami fasa sekresi, tetapi mnyusut
(atrofia), maka tak terjadi implantasi telur.
4.
Menghambat kecepatan bergeraknya sperma
dalam saluran telur.
Metode
lain untuk mencegah kehamilan ialah:
1.
Dengan alat mekanis seperti kondom untuk
laki-laki dan pessarium untuk wanita.
2.
Dengan sediaan-sediaan spermicid
Sebagai spermicid digunakan Fenilmerkuri Nitrat dalam tablet vaginal
(Durafoam) dan Nonoksinol dalam creme, jelly, tablet vaginal atau spray busa
vaginal (Delfen, Pantetex, Rendell).
3.
Dengan alat dalam rahim yaitu I.U.D. =
Intra Uterineconctraceptive Devices. I.U.D. ialah alat dari plastik berupa
spiral atau huruf T.
4.
Sterilisasi:
Untuk wanita = tubektomi
Untuk pria = vasektomi
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis obat dalam praktik kebidanan meliputi obat-obat jenis
Antihipotensi, Adstringen,
Analgetik-Antipiretik, Anti-flatulen , Antihipertiroid, Antihipotiroid, Antimuntah
(antivomiting), Oksitosid, Antirheumatik
(Anti inflamatory analgesic), Antiseptik , Antitusif , Zat-zat pereda batuk, Hematinik dll.
Selain itu, penggolongan obat juga dibagi
menjadi 4 golongan yaitu: obat yang dapat dijual bebas, obat yang termasuk
dalam golongan obat bebas terbatas, obat keras, obat narkotik. Selain itu,
diawasi pula penggunaan obat/bahan psikotropik. Yang disebut obat bebas yaitu
obat yang tidak digolongkan sebagai obat keras, obat psikotropik, obat narkotik
maupun obat bebas terbatas. Penggolongan obat tersebut digunakan untuk
mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan
penggunaannya.
Faktor
yang mempengaruhi khasiat obat yaitu akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat,
respon terhadap obat sangat bereaksi. Faktor selain karakteristik obat juga
mempengaruhi kerja obat. Begitu juga,obat yang sama dapat menimbulkan respon
yang berbeda pada klien yang berbeda.
1.2
Saran
Dengan adanya jenis dan penggolongan obat dapat
mempermudah pekerjaan seorang petugas kesehatan dalam memberikan obat kepada
pasien sesuai kebutuhan pasien. Dengan mengetahui faktor yang mepengaruhi
khasiat obat dapat menjadi acuan petugas kesehatan dalam bekerja.